D-day
Raka kembali ke dalam tenda menemui Rinjani yang sudah siap dari atas sampai bawah, siap untuk bertempur.
“Main ninggal-ninggalin aja.” Jani berbisik mengomel.
“Kan tadi udah ada yang bantuin, YANG LEBIH NGERTI ATRIBUT.” Ucapnya sambil menekankan pada beberapa kata.
“Udah rapih belum?”
“Udah Jani...”
“Yaudah kalo gitu.” Jani terlihat salah tingkah, tangannya terus-terusan menyibukkan diri merapihkan pakaian yang sudah sempurna tersebut.
“Jadi mau apa kalo menang?”
“Mau susu strawberry aja, seminggu.”
Raka hanya tertawa mendengar permintaan aneh Jani. “Oke, deal.” Raka mengajak Jani bersalaman, kontrak persetujuan.
“Makanya harus menang ya! Biar dapet kipas sama susu seminggu.” Ucap Raka sambil membenarkan topi Jani yang sudah sangat benar itu. Sepertinya banyak kupu-kupu yang menari di dalam perutnya.
Kini giliran pasukan SMA 8 untuk tampil, Jani merupakan anggota yang tertinggi dalam barisan maka ia berdiri di ujung kanan, posisi saf satu banjar satu menjadi penjuru pasukan. Mereka sudah berada di daerah persiapan satu, tepat di pinggir lapangan. Menunggu pasukan yang sedang tampil untuk menyelesaikan performanya.
Dari jarak 100 meter wangi bunga melati yang terbawa angin membuat semua penonton membicarakannya. Andalan dari Paskibra SMA 8 adalah tradisi wangi melati yang akan mengharumkan seluruh tempat lomba. Bagaimana tidak, lima botol parfum wangi melati yang pekat harus di semprotkan habis ke seluruh pakaian pasukan lomba. Sehingga ketika berjalan, semua yang di lewatinya akan menoleh.
Kang Ibra, para senior dan Raka sudah berada di pinggir lapangan untuk melihat penampilan mereka. Suara Keno sebagai danton menggelegar penjuru lapangan, ditambah wangi bunga melati dan suasana hening dari para penonton membuat langkah masuk pasukan terlihat sangat keren.
Hampir seluruh pasukan dari sekolah lain juga ikut menonton penampilan SMA 8, karena pasukan SMA 8 merupakan salah satu pesaing berat bagi mereka, maka mereka bisa mengevaluasi awal siapa yang kira-kira akan jadi juara utamanya.
Tujuh belas menit berjalan dengan sangat rapih, semua penonton antusias memberikan tepuk tangan saat pasukan meninggalkan lapangan, tanda penampilan mereka sudah selesai.
Setelah menyelesaikan seluruh penampilan peserta, panitia langsung mempersiapkan lapangan untuk apel penutupan sekaligus pengumuman. Ini merupakan momen inti yang sangat ditunggu-tunggu.
Satu persatu kategori pemenang di umumkan, beruntungnya SMA 8 sudah dipanggil sebanyak dua kali atas penghargaan danton terbaik untuk Keno dan konstum terbaik. Kini pengumuman yang ditunggu-tungu semua orang termasuk Jani, yaitu perebutan Juara Umum I dan Piala Bergilir Presiden.
“Yel lo percaya 8 bisa bawa piala bergilir nggak?” Tanya Raka di sela-sela pengumuman.
“50:50 sih Rak, mereka keren banget tapi nggak dipungkirin juga ada beberapa sekolah yang nggak kalah keren.” Ujar Adriel.
“Kalo gue percaya mereka bawa pulang piala bergilir masa Yel.”
Adriel hanya menatap diam Raka yang terlihat lebih ambisius daripada Adriel, senior Paskibra SMA 8 itu sendiri.
“Selanjutnya Juara Umum III dengan nilai 1788 jatuh kepada...” MC yang sedang membacakan pengumuman membuat semua anggota apsukan menunduk berdoa agar cepat-cepat di panggil, lebih baik dari pada tidak dipanggil sama sekali.
“Selamat kepada SMA 1!!”
“Duh anjir, kenapa 8 nggak di panggil-panggil sih?!” Jantung Jani berdegup kencang.
“Bentar Jan, habis ini ya!” Axel yang berdiri di sebelahnya tidak kalah gugupnya.
Pengumuman dilanjutkan, “Selanjutnya Juara Umum II dengan nilai 1867, jatuh kepada...” Semua anggota sudah bersiap berteriak.
“Selamat kepada SMA 8!!” Luluh sudah semua tegang di dalam badan Rinjani. Ia berteriak memeluk Axel dengan erat.
“Cel, lo yang ambil Cel! Maju!” ujar Jani kepada Axel.
Axel yang sangat bahagia itu langsung berlari ke depan sambil mengelap air mata harunya menuju barisan, bergabung dengan perwakilan sekolah lain yang juga menerima piala termasuk Mila dan Keno yang menerima piala danton terbaik dan kostum terbaik.
“Gue kira bakal dapet umum satu, taunya belum rejekinya ya Yel.” Ujar Raka turut bahagia melihat kemenangan yang didapat.
“Iya Rak, banyak lawanan 8 yang pada keluar, makanya dapet umum II gini aja gue udah bangga banget sama mereka.”
Kini tinggal tersisa pengumuman untuk peraih Piala Bergilir Presiden, semua anggota pasukan kembali berdoa dan menguatkan satu sama lain. Berharap sedalam-dalamnya agar bisa membawa pulang piala tersebut.
“Sebagai puncaknya, sekarang saya akan mengumumkan Piala Bergilir Presiden 2021.” MC melanjutkan pengumuman. “Pemenang Piala Bergilir Presiden 2021 jatuh kepada peserta dengan total nilai 5938 yang dimenangkan oleh...”
Semua anggota berbisik kecil, “SMA 8 bisa yuk, SMA 8, SMA 8...”
“SELAMAT KEPADA SMA...”
“DELAPAN!!!!!”
Seluruh anggota mematung, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Terdiam beberapa saat dan setelah itu mereka semua berteriak.
“AAAAAHHHHH!!!!!”
Situasi sudah tidak terkondisikan, semua senior dan junior berhambur ke arah pasukan untuk memeluk mereka. Saat itu Jani terjatuh, otaknya masih saja memproses apakah yang baru saja ia dengan adalah benar??
“JANIIII!!! JUARA UTAMA JANN!!!” Dika menghampiri Jani, membantunya berdiri dan langsung memeluknya.
“K-kkang... ini bener kan ya?” Jani sedikit terisak.
“Silahkan untuk perwakilan dari SMA 8 untuk maju ke depan menerima piala...” MC memotong sebentar kegembiraan mereka.
“Jan ambil! Let's go!!” Ucap Dika sambil mendorong Jani perlahan.
Jani sambil menangis tersedu-sedu maju memeluk Mila, Keno dan Axel yang sudah terlebih dahulu berdiri di depan.
“Jan! Beneran menang anjingggg!!!!” Mila berseru sambil memeluk Jani erat.
Jani menerima piala berbahan crystal bening yang sangat indah tersebut. Dipandanginya piala tersebut dan di dekapnya erat agar aman.
Selesai selesai mereka kembali ke barisan pasukan untuk merayakan kemenangan mereka bersama. Karena ini merupakan kemenangan yang baik, maka evaluasi dilakukan saat itu juga. Mereka membuat lingkaran besar dan melingkari empat piala yang berhasil di bawa pulang hari ini.
“Terima kasih untuk semua usaha kalian semua selama dua bulan belakangan ini, berlatih dengan giat dan membuahkan hasil yang baik pada hari ini!” Kang Ibra memimpin evaluasi.
“Meskipun tidak membawa pulang Juara Umum I, tapi besyukur kita bisa bawa pulang Piala Presiden, umum II, danton terbaik untuk Keno, dan kostum terbaik.”
“Selamat untuk kita semua! Semoga kemenangan ini bisa terus kita pertahankan sampai angkatan-angkatan selanjutnya! Dan ingan tentang hal yang selalu saya tanamkan kepada kalian untuk tidak gampang berpuas hati namun tetap rendah hati. Paham?”
“SIAP PAHAM!” Semua masih menangis haru, namun suaranya tetap menggelegar lapangan, membuat pasukan lain yang ada di sekitar bertepuk tangan memberi selamat.
“Oke kita siap-siap untuk pulang dan istirahat!”
Setelah menyelesaikan evaluasi dan yel-yel, mereka tetap melakukan tradisi kemenangan mereka. Turun untuk push-up untuk membayar kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin mereka lakukan dan dibiarkan tertinggal di tempat itu.
Semua pasukan dari sekolah lain terkagum-kagum, masih melemparkan tepukan tangan meriah ikut merayakan kemenangan SMA 8.