hujan di malam itu
Entah ada hubungan apa antara Rinjani, Adraka, dan Hujan, ketiganya sering kali dihadapkan pada situasi yang saling berkesinambung.
Sebenarnya, malam itu Rinjani belum mau menemui Adraka, namun akhirnya ia turunkan egonya dan menembus dinginnya malam hari untuk menemui Adrakanya.
Jani sudah melihat mobil Raka dari kejauhan, tiba-tiba hatinya bergemuruh. Langkahnya terasa berat, namun hatinya ingin sekali berlari.
Jani membuka pintu itu, mata keduanya bertemu. Keduanya sama-sama saling merindu. Namun sama-sama tidak ada yang berani membuka percakapan. Keduanya terdiam.
“Gimana hari ini?” Raka memulai pembicaraan.
Yang ditanya hanya diam , namun mendengar suara lelaki di sampingnya membuat hatinya kembali bergemuruh. Hatinya terlalu berantakan untuk menatap Raka.
Raka tau yang dibutuhkan Jani saat ini hanyalah pelukannya, “Sayang, boleh aku peluk?”
Rinjani mendongak, menatap Raka. Pelupuk matanya sudah tidak dapat lagi menahan tangisan. Rinjani kalah, ia menghambur ke dalam pelukan Raka.
Raka memeluk perempuannya dengan hangat, mengelus surainya, sedangkan Jani menangis sejadi-jadinya di dalam pelukan Raka. Tidak ada percakapan, mereka hanya sama-sama saling melepas rindu.
“Kamu mau cerita atau nggak sama aku?” Tanya Raka.
Rinjani hanya menggeleng, ia tidak mampu berbicara.
Namun saat Rinjani masih menangis di dalam pelukan Raka, ponsel lelaki itu tiba-tiba berdering, ada nama Bella di layarnya, dan Rinjani melihatnya. Rinjani lantas melepas pelukannya, ia menghapus air mata yang masih saja keluar dari matanya.
“Maaf ya, aku pulang aja.” Ucap Rinjani.
Raka menahan tangan Jani, “Jan, aku nggak maksa kamu buat percaya sama aku, tapi aku percaya sama kamu. Kamu nggak akan ninggalin aku kan?”
Rinjani menatap wajah lelaki di hadapannya tersebut, di usap wajahnya, “Kamu istirahat juga ya.”
“Jan, may i?” Raka mendekat ke arah Jani.
Rinjani menutup matanya, mempersilahkan Adrakanya. Raka mencium kening Jani, tangis keduanya gugur.