Seminggu setelah insiden Jani yang tiba-tiba dihubungi kembali oleh Raka membuatnya tidak tenang selama berada di rumah, sepanjang hari ia uring-uringan memandangi room chat miliknya dan Raka.

Niatnya untuk berlibur dan membenahi kembali pikirannya berantakan total, Jani justru semakin tertekan. Selama liburan singkat itu ia hanya sekali bertemu dengan Mila dan Axel, karena keduanya juga sudah mulai masuk kuliah terlebih dahulu membuat waktunya untuk bermain dengan sahabatnya tersebut menjadi sangat sulit.

“Kak, kamu liburan kok malah di rumah mulu sih? Bukannya main gitu kemana?” Ujar sang ibu di sela-sela kegiatan bercocok tanam di kebun rumahnya.

“Ya liburan emang mesti pergi kemana gitu? Kan aku pulang cuma mau istirahat doang...” Jani beralasan.

“Ya kamu aneh deh kak, kalo cuma mau guling-guling rebahan kaya gitu doang itu mah di kosan kan bisa?”

“Mamah gimana sih, kemaren Jani nggak pulang nyuruh-nyuruh pulang. Sekarang Jani udah pulang malah suruh balik ke kosan! Jadi Jani harus kemana nih?”

Sang ibu hanya terdiam, melanjutkan memupuk tanaman di depannya.

“Kakak besok kereta jam berapa?” Sang ayah mengalihkan pembicaraan.

“Jam 7 malem yah,”

“Yaudah besok yayah anter ya, sekarang mau jalan-jalan sama yayah nggak kemana gitu?”

Jani yang moodnya mudah memburuk setelah insiden dengan Raka menjadi malas untuk berbicara, “nggak yah, Jani mau ngerjain proposal aja di kamar.” Ujar Jani lantas pergi masuk ke kamarnya.