Sore itu hujan mengguyur tubuh Raka yang berdiri mematung di luar gerbang kos milik Rinjani, yang bisa ia lakukan hanyalah terus menerus mengirimkan pesan kepada Rinjani, sambil berharap perempuannya itu setidaknya mau menerima maafnya.

Semua emosi sudah memuncak, membuat Raka akhirnya mengeluarkan kata-kata yang selama ini sangat ingin ia sampaikan.

Di sisi lain, Rinjani termangu mendapat pesan yang tidak ia sangka-sangka, saat itu juga seluruh amarah, kecewa, dan sedihnya luruh, ia sudah tidak bisa menahannya.

Rinjani keluar dari kamarnya dan berlari sambil menghapus air matanya.

Laki-laki yang ia lihat dari kejauhan masih memegang ponselnya tajam, masa bodoh dengan hujan yang semakin deras. Yang ada di pikiran laki-laki itu hanyalah mengharapkan adanya pesan balasan darinya. Saat itulah akhirnya ia mendapat jawaban, ia mendengar dari kejauhan seorang yang berlari dari dalam gedung dan menembus hujan, menuju ke arahnya.

Rinjani berlari ke arah Adraka sambil membawa payung, lelaki di depannya itu menyambutnya dengan senyum hangat. Rinjani ingin sekali memeluk Raka, namun saat Rinjani maju mendekat, Raka justru mundur selangkah, “Bajuku basah banget...”

Hhh... benar kata Dika, Raka bodoh soal percintaan.

“Kamu kenapa batu sih! Kenapa nggak pernah dengerin kalo aku ngomong! Kenapa hujan-hujanan! Kalo sakit gimana?” Rinjani mulai mengomel sambil menangis sesegukan. Sekaligus malu.

“Kamu mau marahin aku atau mau nangis? Pilih salah satu.” Ucap Raka sambil menundukkan badannya, menyetarakan wajahnya dengan wajah Rinjani.

Dilihatnya dalam-dalam wanita di depannya itu, sudah sangat lama sejak terakhir kali ia bisa melihat cantiknya wajah perempuannya dalam jarak sedekat itu.

“Aku mau minta maaf sama kamu, soal kemarin, soal selama ini.”

Rinjani semakin menjadi-jadi, ia tidak butuh kesalahan Raka yang terdahulu, dengan adanya Raka di hadapannya saja ia sudah sangat bersyukur.

“Ayo ganti baju dulu, jangan disini terus.” Ajak Rinjani.

Raka menghapus air mata Jani, “Udah terlanjur basah semua sampe dalem-dalem, aku harus pulang dulu.”

Rinjani menatap Raka, memasang wajah cemas takut kalau Rakanya tidak akan kembali lagi. Rasanya berpisah selama 4 tahun membuatnya ingin menghabiskan hari-hari hanya bersama Raka.

“Aku ada baju ganti kok buat kamu, daleman cowo juga aku punya!” Ucap Rinjani dengan polosnya.

Raka terkejut mendengar ucapan Jani, “Punya siapa! Kenapa kamu punya daleman cowo!!!”

Sebelum Raka banyak bicara Jani sudah lari duluan masuk ke dalam kosnya, dan di ikuti Raka yang mau tidak mau juga mengekor di belakangnya karena rasa penasarannyaa.